FARIDA OETOYO
Nama Frida Oetoyo akan selalu terkait dengan tari balet. Dia juga dijuluki maestro balet Indonesia. Gelar itu tak serta-merta nemplok di pundaknya. Ini buah kerja keras dan disiplin dalam sebuah realitas hidup yang serba sulit.
Farida yang terlahir di Solo pada 7 Juli 1939 itu adalah buah hati pasangan seniman R. Oetoyo Ramelan dan Maria Johan Margaretha, wanita berdarah Belanda. Ayahnya adalah pegawai tinggi Departemen Luar Negeri, yang menjadi duta besar di beberapa Negara Asia dan Eropa. Inilah yang menyebabkan Farida besar di luar negeri dan mengenal balet.
Ketika kecil, ia menyukai balet dan belajar di Ballet Fine Arts of Movement asuhan Willy Blok Hansen di Singapura. Lantas karena orang tuanya pindah tugas, dia pun belajar di Royal Academy Dance di Canberra, Australia.
Malang tak dapat dijebak, ayahnya meninggal karena penyakit jantung ketika dia berusia 14 tahun. Nasib keluarga pun berubah drastic karena mereka harus berjuang untuk hidup. Kendati begitu, semangat Farida remaja untuk belajar balet tetaplah menggebu. Untunglah, Farida mendapat beasiswa balet ke Rusia di Akademi Balet Bolshoi, Moskow, tempat yang sangat terkenal dingan balet klasiknya.Empat tahun berlalu dengan kegigihannya menuntut ilmu. Farida digembleng setiap hari, sejak pukul 09.00-21-00 waktu setempat. Seorang maestro balet, Alla Milhailovna, member bekal dengan menurunkan ilmunya melalui disiplin ketat. Tak hanya secara fisik, Farida pun mendapatkan pengetahuan tentang sejarah seni. Hasilnya, ia lulus cum laude di depan 50 pakar balet kelas dunia dan mendapat gelar Artist of Ballerina.
Merasa haus dengan balet, dia meneruskan belajar balet modern ke Amerika. Ilmu balet modern dari penganut balet modern Amerika, Alvin Nicolais, pun dikuras habis. Lantas sekembalinya ke Tanah Air, pada 1957, di Jakarta dia mendirikan sekolah balet Nritya Sundara bersama Yulianti Parani. Rintisannya ini memberikan fondasi pendting terhadap perkembangan balet di Indonesia.
Pada 1970-an, lahirlah deretan masterpiece-nya: Rma & Shinta dan Gunung Agung Meletus. Begitu juga karya monumental, seperti Putih-putih, Carmina Burana, dan Daun Fulus. Publik pecinta balet di Tanah Air member sambutan luar biasa bagi maestro yang pernah bergabung dengan Teater Bolshoi di Rusia dan melakukan pementasa di Eropa dan Amerika ini.
Sayap Farida melebar ke dunia film dengan membintangi Apa yang Kau Cari Palupi, Bumi Makin Panas, dan Perawan dari Sektor Selatan. Ini atas permintaan sang suami, Sineas Sumandjaya, yang menikahinya pada 1962 di Moskow, Rusia. Pernikahan itu merupakan pertemuan dua siswa yang tengah belajar tari dan senematografi. Buah perkawinan mereka adalah Yudhistira Sjuman dan Sri Aksan Sjuman.
Tempo Interaktif, 2006
“Kebudayaan suatu bangsa dapat dikembangkan dan diturunkan kepada generasi selanjutnya melalui bahasa. Semua yang berada di sekitar kita, seperti berbagai peristiwa atau hasil karya manusia, dapat diungkapkan kembali dengan bahasa. Semua orang menyadari bahwa semua kegiatan dalam masyarakat akan lumpuh tanpa bahasa. Memang bahasa adlaah alat komunikasi yang sangat ampuh, efektif, dan efisien.”
About Me
- boxy.co.id
- Balikpapan City Surf,!! TKJung Center, Orang Utan's house, East Borneo., Indonesia
- Just call me Mawel.. -_-''
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar